Maaf Blog ini telah berpindah domain ke sini

maaf atas ketidaknyamanan ini saya harapkan pengertian dari para pembaca.

Terima Kasih Telah Membaca Blog Saya

Kamis, 25 Juni 2009

Cara Mudah Membuat Biogas

PENDAHULUAN

Sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan pada sektor pertanian dan peternakan untuk menggerakkan roda perekonomian. Tanpa disadari, produk-produk pertanian dan peternakan tersebut menghasilkan hasil sampingan yang belum banyak mendapatkan perhatian, bahkan dianggap sebagai sampah yang tidak dimanfaatkan. Pada umumnya, limbah tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Padahal, dari limbah pertanian dan peternakan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, yaitu dari biomassa. Sumber-sumber energi biomassa berasal dari bahan organik. Apabila biomassa tersebut dimanfaatkan untuk menghasilkan energi, maka energi tersebut disebut dengan bioenergi. Salah satu bentuk bioenergi adalah biogas.


Salah satu upaya pemanfaatan limbah peternakan adalah dengan memanfaatkannya untuk menghasilkan bahan bakar dengan menggunakan teknologi biogas. Teknologi biogas memberikan peluang bagi masyarakat pedesaan yang memiliki usaha peternakan, baik individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari secara mandiri.

Teknologi biogas bukanlah teknologi baru. Teknologi ini telah banyak dimanfaatkan oleh petani peternak di berbagai negara, diantaranya India, Cina, bahkan Denmark. Teknologi biogas sederhana yang dikembangkan di Indonesia berfokus pada aplikasi skala kecil/menengah yang dapat dimanfaatkan masyarakat pertanian yang memiliki ternak sapi 2 – 20 ekor.

Penerapan teknologi biogas pada daerah yang memiliki peternakan dapat memberikan keuntungan ekonomis apabila dilakukan perancangan yang tepat dari segi teknis dan operasionalnya. Perancangan teknis meliputi: desain biodigester, desain penyaluran gas dan desain tangki penampung.

Perancangan operasional meliputi kemampuan operator untuk memastikan perawatan fasilitas biogas berjalan rutin dan terpenuhinya suplai bahan baku biogas setiap harinya.

Potensi biogas di Indonesia cukup melimpah, mengingat peternakan merupakan salah satu kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat pertanian. Hampir semua petani memiliki ternak antara lain sapi, kambing, dan ayam. Bahkan ada yang secara khusus mengembangkan sektor peternakan. Di antara jenis ternak tersebut, sapi merupakan penghasil kotoran yang paling besar.

Dalam rangka menjawab tuntutan tersebut, maka kami mencoba untuk menyusun tulisan sederhana ini. Tulisan ini merupakan buku sederhana yang semoga dapat menjadi pedoman dan petunjuk dalam merancang dan membangun biodigester, terutama untuk skala rumah tangga dan komunitas (peternak dan petani serta masyarakat). Semoga tulisan kecil yang kami ketengahkan ke hadapan anda semua dapat bermanfaat dalam pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk kemandirian energi.

TENTANG BIOGAS DAN BIODIGESTER

Apakah biogas itu? Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian material organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, tumbuhan oleh bakteri pengurai metanogen pada sebuah biodigester. Jadi, Untuk menghasilkan biogas, dibutuhkan pembangkit biogas yang disebut biodigester. Proses penguraian material organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4 – 5 sesudah biodigester terisi penuh, dan mencapai puncak pada hari ke 20 – 25. Biogas yang dihasilkan oleh biodigester sebagian besar terdiri dari 50 – 70% metana (CH4), 30 – 40% karbondioksida (CO2), dan gas lainnya dalam jumlah kecil.

Ada tiga kelompok bakteri yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu:

  1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae
  2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio
  3. Kelompok bakteri metana: Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus

Bakteri methanogen secara alami dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: air bersih, endapan air laut, sapi, kambing, lumpur (sludge) kotoran anaerob ataupun TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Selama beberapa tahun, masyarakat pedesaan di seluruh dunia telah menggunakan biodigester untuk mengubah limbah pertanian dan peternakan yang mereka miliki menjadi bahan bakar gas. Pada umumnya, biodigester dimanfaatkan pada skala rumah tangga. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dimanfaatkan pada skala yang lebih besar (komunitas). Biodigester mudah untuk dibuat dan diperasikan. Beberapa keuntungan yang dimiliki oleh biodigester bagi rumah tangga dan komunitas antara lain:

  • Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dsb) oleh rumah tangga atau komunitas
  • Menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi sebagai hasil sampingan
  • Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai)
  • Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar
  • Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang

BAGAIMANA MEMBUAT BIODIGESTER YANG OPTIMAL

Membuat biodigester gampang-gampang susah. Gampang, karena konstruksi biodigester yang sangat sederhana. Susah, karena tidak semua konstruksi biodigester menghasilkan biogas yang diinginkan. Kunci dalam pembuatan biodigester adalah pada perencanaan yang matang.

Dalam pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:

Lingkungan abiotis – Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya anaerob.

Temperatur - Secara umum, ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:

  1. Psicrophilic (suhu 4 – 20 C) -biasanya untuk negara-negara subtropics atau beriklim dingin
  2. Mesophilic (suhu 20 – 40 C)
  3. Thermophilic (suhu 40 – 60 C) – hanya untuk men-digesti material, bukan untuk menghasilkan biogas

Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated digester (digester tanpa pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20 – 30 C.

Derajat keasaman (pH) – Bakteri berkembang dengan baik pada keadaan yang agak asam (pH antara 6,6 – 7,0) dan pH tidak boleh di bawah 6,2. Karena itu, kunci utama dalam kesuksesan operasional biodigester adalah dengan menjaga agar temperatur konstan (tetap) dan input material sesuai.

Rasio C/N bahan isian – Syarat ideal untuk proses digesti adalah C/N = 25 – 30. Karena itu, untuk mendapatkan produksi biogas yang tinggi, maka penambangan bahan yang mengandung karbon (C) seperti jerami, atau N (misalnya: urea) perlu dilakukan untuk mencapai rasio C/N = 25 – 30. Berikut tabel yang menunjukkan kadar N dan rasio C/N dari beberapa jenis bahan organik.

tabel1.JPG

Kebutuhan Nutrisi - Bakteri fermentasi membutuhkan beberapa bahan gizi tertentu dan sedikit logam. Kekurangan salah satu nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat memperkecil proses produksi metana. Nutrisi yang diperlukan antara lain ammonia (NH3) sebagai sumber Nitrogen, nikel (Ni), tembaga (Cu), dan besi (Fe) dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), magnesium (Mg) dan seng (Zn) dalam jumlah yang sedikit juga diperlukan. Tabel berikut adalah kebutuhan nutrisi bakteri fermentasi.

tabel2.JPG

Kadar Bahan Kering – Tiap jenis bakteri memiliki nilai “kapasitas kebutuhan air” tersendiri. Bila kapasitasnya tepat, maka aktifitas bakteri juga akan optimal. Proses pembentukan biogas mencapai titik optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah 0,26 kg/L.

Pengadukan – Pengadukan dilakukan untuk mendapatkan campuran substrat yang homogen dengan ukuran partikel yang kecil. Pengadukan selama proses dekomposisi untuk mencegah terjadinya benda-benda mengapung pada permukaan cairan dan berfungsi mencampur methanogen dengan substrat. Pengadukan juga memberikan kondisi temperatur yang seragam dalam biodigester.

Zat Racun (Toxic) – Beberapa zat racun yang dapat mengganggu kinerja biodigester antara lain air sabun, detergen, creolin. Barikut adalah tabel beberapa zat beracun yang mampu diterima oleh bakteri dalam biodigester (Sddimension FAO dalam Ginting, 2006)

tabel3.JPG

Pengaruh starter – Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:

  1. Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan septic tank, sludge, timbunan kotoran, dan timbunan sampah organik
  2. Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif
  3. Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium dengan media buatan

JENIS BIODIGESTER

Pemilihan jenis biodigester disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pembiayaan/ finansial. Dari segi konstruksi, biodigester dibedakan menjadi:

Fixed dome – Biodigester ini memiliki volume tetap sehingga produksi gas akan meningkatkan tekanan dalam reactor (biodigester). Karena itu, dalam konstruksi ini gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor.

Floating dome – Pada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak untuk menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas. Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dalam satu kesatuan dengan reaktor tersebut.

Dari segi aliran bahan baku reaktor biogas, biodigester dibedakan menjadi:

Bak (batch) – Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu) dari awal hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari limbah organik.

Mengalir (continuous) – Untuk tipe ini, aliran bahan baku masuk dan residu keluar pada selang waktu tertentu. Lama bahan baku selama dalam reaktor disebut waktu retensi hidrolik (hydraulic retention time/HRT).

Sementara dari segi tata letak penempatan biodigester, dibedakan menjadi:

Seluruh biodigester di permukaan tanah – Biasanya berasal dari tong-tong bekas minyak tanah atau aspal. Kelemahan tipe ini adalah volume yang kecil, sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan sebuah rumah tangga (keluarga). Kelemahan lain adalah kemampuan material yang rendah untuk menahan korosi dari biogas yang dihasilkan.

Sebagian tangki biodigester di bawah permukaan tanah – Biasanya biodigester ini terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil, dan kapur yang dibentuk seperti sumuran dan ditutup dari plat baja. Volume tangki dapat diperbesar atau diperkecil sesuai dengan kebutuhan. Kelemahan pada sistem ini adalah jika ditempatkan pada daerah yang memiliki suhu rendah (dingin), dingin yang diterima oleh plat baja merambat ke dalam bahan isian, sehingga menghambat proses produksi.

Seluruh tangki biodigester di bawah permukaan tanah – Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia, dimana seluruh instalasi biodigester ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang permanen, yang membuat suhu biodigester stabil dan mendukung perkembangan bakteri methanogen.

KOMPONEN BIODIGESTER

gambar1.JPGKomponen pada biodigester sangat bervariasi, tergantung pada jenis biodigester yang digunakan. Tetapi, secara umum biodigester terdiri dari komponen-komponen utama sebagai berikut:

  1. Saluran masuk Slurry (kotoran segar) - Saluran ini digunakan untuk memasukkan slurry (campuran kotoran ternak dan air) ke dalam reaktor utama. Pencampuran ini berfungsi untuk memaksimalkan potensi biogas, memudahkan pengaliran, serta menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk.
  2. Saluran keluar residu – Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk karena mengandung kadar nutrisi yang tinggi.
  3. Katup pengaman tekanan (control valve) – Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T. Bila tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun.
  4. Sistem pengaduk – Pengadukan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pengadukan mekanis, sirkulasi substrat biodigester, atau sirkulasi ulang produksi biogas ke atas biodigester menggunakan pompa. Pengadukan ini bertujuan untuk mengurangi pengendapan dan meningkatkan produktifitas biodigester karena kondisi substrat yang seragam.
  5. Saluran gas – Saluran gas ini disarankan terbuat dari bahan polimer untuk menghindari korosi. Untuk pembakaran gas pada tungku, pada ujung saluran pipa bisa disambung dengan pipa baja antikarat.
  6. Tangki penyimpan gas – Terdapat dua jenis tangki penyimpan gas, yaitu tangki bersatu dengan unit reaktor (floating dome) dan terpisah dengan reaktor (fixed dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam tangki seragam, serta dilengkapi H2S Removal untuk mencegah korosi.

PROSEDUR PERANCANGAN BIODIGESTER

gambar2.JPGUrutan perancangan fasilitas biodigester dimulai dengan perhitungan volume biodigester, penentuan model biodigester, perancangan tangki penyimpan dan diakhiri dengan penentuan lokasi.

Perhitungan volume biodigester

Perhitungan ini menggunakan data-data:

- Jumlah kotoran sapi per hari yang tersedia. Untuk mendapatkan jumlah kotoran sapi perhari, digunakan persamaan:

Jumlah kotoran sapi = n x 28 kg/hari

dimana n adalah jumlah sapi (ekor), 28 kg/hari adalah jumlah kotoran yang dihasilkan oleh 1 (satu) ekor sapi dalam sehari.

- Komposisi kotoran padat dari kotoran sapi. Komposisi kotoran sapi terdiri dari 80% kandungan cair dan 20% kandungan padat. Dengan demikian, untuk menentukan berat kering kotoran sapi adalah:

Bahan kering = 0,2 x Jumlah kotoran sapi

- Perbandingan komposisi kotoran padat dan air. Bahan kering yang telah diperoleh tadi harus ditambahkan air sebelum masuk biodigester agar bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan optimum. Perbandingan komposisi antara bahan kering dengan air adalah 1:4. Dengan demikian, jumlah air yang ditambahkan adalah:

Air yang harus ditambahkan = 4 x Bahan kering

Hasil perhitungan di atas menunjukkan massa total larutan kotoran padat (mt)

- Waktu penyimpanan (HRT) kotoran sapi dalam biodigester. Waktu penyimpanan tergantung pada temperatur lingkungan dan temperatur biodigester. Dengan kondisi tropis seperti Indonesia, asumsi waktu penyimpanan adalah 30 hari

Dari data-data perhitungan di atas, maka diperoleh volume larutan kotoran yang dihasilkan adalah sebesar:

gambar3.JPG

dengan ρm = massa jenis air (1000 kg/m3).

Setelah volume larutan kotoran diketahui, maka volume biodigester dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:

gambar4.JPG

dengan tr = waktu penyimpanan (30 hari).

Penentuan Model Biodigester

Penentuan model biodigester didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu:

  1. Jenis tanah yang akan dipakai
  2. Kebutuhan
  3. Biaya

Perancangan fasilitas biodigester

Penentuan lokasi fasilitas biodigester

CONTOH RENCANA ANGGARAN BIAYA BIODIGESTER

tabel4.JPG

CONTOH MANAJEMEN OPERASIONAL BIODIGESTER

Analisis Energi

tabel5.JPGVolume digester yang akan dibangun adalah 2 m3, sehingga volume biogas yang dihasilkan per harinya adalah 7,92 m3 (Note – ganti nilainya sesuai keadaan di lapangan. Nilai ini untuk menghitung minyak tanah yang tergantikan (dalam liter)). Dari jumlah biogas yang dihasilkan dapat diketahui jumlah minyak tanah yang dapat terganti oleh biogas setiap harinya berdasarkan pada kesetaraan nilai kalori biogas dengan minyak tanah. Tabel disamping adalah tabel Nilai Kalori Beberapa Bahan Bakar (Suyati, 2006)

Dari tabel tersebut maka jumlah minyak tanah yang terganti tiap hari adalah sebagai berikut :

gambar5.JPG

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui break event point atau lama waktu pengembalian biaya investasi awal yang telah dikeluarkan untuk membangun instalasi biogas.

- Pemasukan per tahun

Total produksi biogas per tahun = 365 hari x 4,3 liter x 70%

= 1.098,65 liter minyak tanah

Diasumsikan harga biogas sama dengan harga minyak tanah per liternya yaitu Rp 2.500. Total pemasukan per tahun = 1.098,65 liter x Rp 2.500/liter = Rp 2.746.625

- Pengeluaran per tahun

tabel6.JPGTabel disamping adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk pengoperasian satu unit biogas per tahun.

- Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal

Investasi awal = Rp 4.569.000

Keuntungan per tahun = Rp 2.746.625 – Rp 1.656.900

= Rp 1.089.725

Maka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi awal adalah = 5,4 tahun

PENUTUP

Ditengah semakin melangitnya harga minyak mentah serta bahan bakar minyak, biogas dapat menjadi alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk keperluan sehari-hari. Biogas merupakan salah satu energi yang dapat diperbaharui (renewable energy), dengan ketersediaan yang melimpah dan sangat dekat dengan manusia serta mudah pemanfaatannya. Semoga, tulisan singkat ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam rangka kemandirian energi rakyat serta menjamin ketersediaan energi dengan murah.

Tulisan singkat ini tidak lepas dari segala macam keterbatasan dan kekurangan. Karena itu, kami mohon kritik, saran, dan masukan kepada kami agar buku ini lebih sempurna dan bermanfaat. Kritik, saran, maupun masukan dapat dialamatkan kepada kami melalui email: kamase.care@gmail.com

REFERENSI :

  • Junus, M., 1987, Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
  • Ludwig Sasse-Borda, 1988, Biogas Plant Manual Book, A Publication of the Deutsches Zentrum für Entwicklungstechnologien – GATE in: Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ)
  • Suriawiria, U., 2005, Menuai Biogas dari Limbah
  • Suyati, F., 2006, Perancangan Awal Instalasi Biogas Pada Kandang Terpencar Kelompok Ternak Tani Mukti Andhini Dukuh Butuh Prambanan Untuk Skala Rumah Tangga, Skripsi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.



Sayuran Segar dan Ikan Melalui Akuaponik

Anda dan keluarga sukakan sayuran segar sepanjang tahun serta suka memperolehi berkilokilo
ikan? Caranya mudah saja iaitu melalui akuaponik. Anda cuma perlu peruntukkan masa
5 minit sehari untuk berladang cara akuaponik walaupun dengan pakaian yang anda pakai ke
pejabat. Tidak perlu mencangkul, merumput, menggembur dan membongkok atau duduk
lama yang menyiksa badan. Tidak ada racun rumpai dan racun serangga. Juga tidak perlu
bimbang untuk menyiram sayuran setiap hari. Anda hanya memberi makan kepada ikan lalu
menyebabkan anda mendapat sayuran dan ulam segar.
Akuaponik (aquaponic atau aquaponics) adalah gabungan berternak atau memelihara ikan
dan sekaligus menanam sayuran menggunakan air tanpa menggunakan tanah. Ikan air tawar
yang anda suka (contohnya ikan tilapia,ikan keli,ikan emas, ikan koi atau udang galah dll)
boleh di ternak atau di pelihara di dalam kolam atau tangki.
Kehadiran ikan dalam kolam@tangki ikan akan menyebabkan air menjadi beracun/toksik
kepada ikan. Dalam sistem akuaponik, air kumbahan dari kolam ikan akan di sedut sebagai
pupuk@baja menggunakan pam ke dalam ruang tanaman yang terdiri dari kerikil yang di
tanam dengan pelbagai jenis sayuran, herba atau pokok bunga hias.
Kehebatan Allah menjadikan bakteria nitrosomas and nitrobactor untuk menukarkan air
kumbahan menjadi baja kepada tanaman dan sekaligus membersihkan air yang kemudiannya
di alirkan ke kolam ikan menggunakan graviti (di sebut air terjun buatan) yang sekaligus
memperkayakan oksigen dalam air. Proses yang berlaku menyebabkan air menjadi bersih dan
di kitar untuk kegunaan ikan.
Bahan mudah untuk membina sebuah sistem akuaponik anda adalah:
1. Kolam di dalam tanah atau atas tanah menggunakan kok konkrit (precast concrete ring
dengan lantai), tangki PVC atau kaca gentian
2. Paip PVC dan bahan kerja paip yang bersangkutan
3. Bekas tanaman sebesar mungkin daripada plastik atau kaca gentian di atas pelantar yang
sesuai
4. Pam akuarium yang sesuai.
Lubang-lubang kecil perlu di tebuk pada paip PVC untuk membolehkan air daripada kolam
ikan keluar mengairi ruang tanaman yang di isi dengan kerikil.
Perhatian: Nisbah isipadu air tangki ikan : kerikil dalam bekas tanaman = kira-kira 1.3 : 1.
Akuaponik adalah sesuai untuk sebarang saiz samada di amalkan sebagai hobi untuk manfaat
sendiri dan keluarga, untuk pelajar tadika atau sekolah rendah/menengah memahami sains
mengenai ekosistem mini yang mengaitkan hubungan rapat diantara ikan, bakteria dan
sayuran; pertubuhan kebajikan contohnya rumah anak yatim, pusat serenti; dan untuk
kegunaan komersial.
Anda dan keluarga akan terpegun melihat kehebatan Allah menjadikan ekosistem ikan, air,
bakteria dan sayuran saling membantu untuk kesejahteraan manusia. Wajar benar kita
mentaati Allah dalam hidup yang sementara ini. Selamat memetik sayuran segar dan ikan.
Berkongsilah ilmu, sayuran dan ikan dengan jiran anda.


CARA MEMBUAT BRIKET ARANG DARI DEDAUNAN, SAMPAH, SERBUK GERGAJI DSB.

Bila kita membakar daun, sampah, kayu di udara terbuka secara sempurna, artinya sampai api dan baranya padam, maka yang tersisa adalah abu. Abu tidak bisa dibakar, meskipun kadang-kadang masih berwarna hitam dan agak keras sehingga disebut arang.
Memang ada kerancuan istilah atau kosakata antara arang (abu hitam, yang sudah tak bisa dibakar), zat arang (C, atau karbon, kayu, sebagai bahan bakar) dan zat asam arang atau Oksigen (O2) berupa gas, terdapat sekitar 22% di udara bebas, berupa senyawa didalam bensin (C6H12O6), getah, ter dsb.
Reaksi kimia pembakaran kayu (C ) atau arang di udara bebas, oksigen diambil dari udara adalah:
C + O2  CO2 + Panas + abu

Masyarakat pedesaan biasa membuat arang untuk membakar sate, untuk anglo dsb. Caranya, kayu dibakar dalam ruang tertutup agar udara atau oksigen tidak bisa masuk. Selama pembakaran, asap dan api keluar menghalangi udara atau oksigen masuk. Yang terbakar adalah getah, ter dan senyawa lain di dalam kayu yang sudah mengandung Oksigen.
Karena C sebagai unsur kayu murni tidak kebagian Oksigen, tidak bisa terbakar, maka pada akhir pembakaran ini diperoleh arang atau karbon murni. Atau biasanya disebut arang aktif yang sangat baik sebagai pengisap bau, gas, racun, pemurni air untuk akuarium air laut, penjernih air minum dsb.
Sekarang minyak tanah makin sulit dan mahal, termasuk gas elpiji kadang-kadang sulit dicari, arang makin mahal, maka mari memanfaatkan sampah, rerumputan, daun kering, koran dan kertas bekas, ampas kelapa, kulit kacabg dsb.



Cerita di bawah menurut urutan nomor pada gambar:
1.Ambil drum minyak atau drum bekas aspal. Bagian atas dilubangi diameter 25 cm, bawah terbuka, ditaruk diatas pasir agar udara tidak bisa masuk, seperti gambar.
2.Masukkan dedaunan kering, siram sedikit minyak tanah dan dibakar. Api dan asap keluar dari lubang atas, menghalangi udara atau oksigen masuk. Dari bawah tertutup pasir. Selama pembakaran, dedaunan dimasukkan sedikit-sedikit agar pembakaran kontinyu, sambil diaduk dengan besi atau kayu. Bila sudah terisi sekitar separuh drum, api mengecil dan padam, berarti daun sudah jadi arang. Drum digulingkan, siram air, agar dedaunan yang membara tidak jadi abu.
3.Kita memperoleh arang. Campur serbuk gergaji, Koran, ampas kelapa, kulit kacang dsb.
4.Tumbuk, agar tercampur merata. Tidak perlu terlalu halus. Masukkan adonan encer lem dari kanji. Satu sendok kanji diberi air panas mendidih.
5.Siapkan terlebih dahulu cetakan dari seng talang lebar 30 cm, panjang 60 cm. digulung menjadi silider tinggi 30 cm, diameter 20 cm. ikat dengan kawat halus atau tali rapia. Adonan arang yang lengket dimasukkan dalam cetakan dan ditekan sampai padat. Tengah cetakan dipasang bambu, atau pipa pralon, empulur batang pisang dsb, diameter 5 cm, panjang sekitar 40 cm. Setelah padat, batang tengah dicabut pelan-pelan, dinding seng dilepas, briket arang silinder dijenur selama 2 hari sampai kering betul.
6.Siapkan susunan batu bata ukuran 10 x 5 x 20 cm sebagai tungku arang dan disusun seperti gambar, disemen dengan tanah liat atau tanah sawah. Satu sisi bawah diberi jarak 5 cm untuk alur udara masuk tungku. Masukkan briket arang silinder. Sebelumnya bagian bawah briket digores sebagai alur udara masuk. Bagian kosong pada tungku arang diisi adonan arang yang masih basah agar semua tungku terisi penuh. Ukuran lubang tungku tengah untuk bioarang adalah 20 x 20 x 30 cm.
7.Dapur briket bioarang sampah susunan bata segera dinyalakan dengan memasukkan serutan bambu yang sudah menyala. Agar lebih mudah menyala, pertama siram sedikit minyak tanah. Api akan membara sepanjang saluran tengah, tanpa asap, tidak mengotori panic, seperti kompor gas. Suhu sangat tinggi, efisien karena didning arang berfungsi sebagai isolator panas. Semua panas menuju bagian bawah panci.

Memadamkan kompor ini sangat mudah dan sangat aman. Cukup menutup saluran udara masuk di bawah dengan abu atau pasir, udara tidak masuk. Atas ditutup seng atau tegel. Selama proses padam, panasnya dipakai mengeringkan bagian serbuk arang yang masih basah sehingga menyalakan selanjutnya menjadi lebih mudah.

Sisa adonan serbuk arang dapat dicetak atau dikepal tangan, dijemur. Briket arang ini dapat dipakai untuk memasak sate, anglo dsb.

Pada waktu awal, biasanya panas belum tinggi, boleh dimasukkan ranting atau briket arang kepalan, sehingga memasak lebih cepat.

Briket batu bara kualitas rendah yang berbau menyengat saat dibakar, sulit dinyalakan, dapat dicampur saat menumbuk adonan arang. Termasuk serbuk gergaji, kulit kacang tanah, potongan karton dsb. Hasilnya, tanpa bau, tanpa asap, suhu pembakaran sangat tinggi karena semua gas yang berbau yang sebetulnya masih berupa bahan bakar, akan terbakar sempurna menjasi CO2, H2O dan api (panas).

Jadi inilah tungku yang sangat aman, efisien, ekonomis (tidak ada yang dibeli, kecuali batu bata). Bila perlu dapur susunan bata buat sendiri dari tanah liat.

Briket silinder dapat dibuat dalam jumlah tidak terbatas dan dijual. Suatu lapangan kerja, menghasilkan uang dalam jumlah tidak terbatas.

Rezki lain yang tersembunyi, diajukan sebagai bahan Riset para Dosen. Lumayan 50 juta rupiah per judul disiapkan Pemerintah untuk tahun 2009, bagi 10.000 judul.
Judulnya boleh: 1. Membuat beriket arang berbentuk silinder dari sampah dan dedaunan agar keras, tidak mudah pecah. 2. Membuat briket arang dari sampah yang sangat mudah dinyalakan. 3. Membuat tungku bioarang dari sampah dengan pot bunga, kaleng bekas dsb. 4. Menghitung kalori campuran bioarang dari sampah, dedaunan kering dengan kertas Koran, serbuk gergaji dsb. dan banyak lagi yang lain, termasuk Pengabdian Masyarakat berjudul: Membudayakan Tungku Bioarang dari sampah kota dan dedaunan kering.

Atau bagi Para Seniman, silakan gambar hasil lukisan tangan saya di atas dijadikan MURAL atau gambar di tembok, agar masyarakat bisa belajar sambil menunggu lampu merah di perempatan jalan. Asal tidak membuat jalan macet.

Pengawet Alami Pengganti Formalin

Sebenarnya, masalah penggunaan bahan tambahan ilegal didalam pangan telah sejak lama didengungkan oleh banyak pihak, baik dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Perguruan Tinggi maupun oleh Yayasan Lembaga Konsumen. Tetapi, karena masyarakat konsumen belum memahami bahaya kegunaan bahan ilegal ini, ditambah dengan hukum yang tidak secara tegas menjerat produsen bermasalah, maka produsen bermasalah tetap bisa menggunakan bahan ilegal ini karena konsumen toh tidak mempermasalahkannya.

Heboh di seputar penggunaan formalin pada bahan pangan yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan adanya pergeseran nilai yang dianut oleh konsumen pangan di Indonesia. Tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan dijaman serba mahal ini, ditambah dengan publikasi yang terus-menerus dari media massa mengenai bahaya penggunaan bahan ilegal, menyebabkan konsumen beramai-ramai menolak makanan yang diduga sering ditambahkan dengan bahan ilegal termasuk formalin yang sekarang sedang ramai dibicarakan. Hal ini memberi pukulan sangat hebat untuk industri-industri yang ditenggarai sering menggunakan formalin dalam produknya.

Seiring dengan ramainya publikasi mengenai bahaya formalin, saat juga ramai dibicarakan atau dipromosikan bahan-bahan pengawet alternatif pengganti formalin. Sebagian besar alternatif yang disodorkan merupakan pengawet alami. Tetapi, sebetulnya ada banyak pertanyaan diseputar bahan-bahan pengawet ini, seperti: benarkah bahan-bahan pengawet yang disodorkan ini mampu memperpanjang umur simpan bahan pangan segar seperti halnya formalin? Seperti diketahui, formalin dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan mentah sampai berhari-hari pada suhu ruang. Sesuatu hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh pengawet legal yang diijinkan penggunaannya didalam makanan. Pertanyaan berikutnya, apakah pengawet tersebut efektif untuk semua bahan pangan? Apakah bahan ini tidak menyebabkan perubahan citarasa bahan makanan yang diawetkannya? Dan yang penting lagi, apa komponen aktif didalamnya? Apakah sudah teruji keamanannya terhadap manusia? Sehingga, jangan sampai penggunaannya dikemudian hari malah memicu masalah baru.

PENGAWET: SENYAWA ANTIMIKROBA

Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba patogen (penyebab keracunan pangan).

Penggunaan antimikroba yang tepat dapat memperpanjang umur simpan dan menjamin keamanan pangan. Pemilihan dan penggunaan antimikroba perlu mempertimbangkan banyak faktor, dan semua kembali pada keseimbangan dari resiko dan keuntungan. Faktor-faktor pertimbangan untuk memilih antimikroba yang tepat adalah sifat kimiawi dan antimikroba senyawa; sifat dan komposisi produk; sistem pengawetan lain yang digunakan selain antimikroba; tipe, karakteristik dan jumlah mikroba didalam produk; aspek legalitas dan keamanan antimikroba; aspek ekonomi penggunaannya dan jaminan bahwa antimikroba tersebut tidak merusak kualitas produk.

Pemilihan awal suatu senyawa antimikroba umumnya didasarkan atas spektrum antimikrobanya. Senyawa antimikroba yang diinginkan adalah yang luas, meskipun hal ini sulit dicapai. Beberapa senyawa mempunyai kemampuan untuk menghambat beberapa jenis mikroba, tetapi penghambatan suatu mikroba kadang-kadang menyebabkan mikroba lain didalam produk tersebut menjadi dominan. Karenanya, senyawa antimikroba untuk suatu produk sebaiknya aktif untuk semua mikroba yang tidak diinginkan didalam produk itu.

Antimikroba mengawetkan produk pangan dengan cara menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuh mikroba target. Penggunaan pengawet untuk jangka waktu yang lama didalam suatu produk pangan, dapat menyebabkan kematian mikroba atau bisa juga menyebabkan mikroba tumbuh kembali. Cara kerja senyawa antimikroba sendiri bermacam-macam, yaitu: menghambat sintesa dinding sel bakteri; bereaksi dengan membran sel yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dan kehilangan bahan-bahan penyusun seluler; inaktifasi enzim esensial serta merusak sintesa protein dan asam nukleat. Mengetahui mekanisme kerja dari antimikroba dan bagaimana pengaruhnya terhadap mikroba akan sangat membantu dalam menilai efisiensi dan kegunaan dari suatu antimikroba. Umumnya, antimikroba yang bereaksi dengan membran sel mempunyai spektrum antimikroba yang luas.

Spektrum antimikroba, cara kerja dan efisiensi senyawa sangat tergantung kepada sifat fisikokimia senyawa tersebut. Polaritas senyawa merupakan sifat fisik yang penting. Sifat hidrolik diperlukan untuk menjamin senyawa larut didalam fase air yang merupakan tempat hidup mikroba; tetapi senyawa yang bekerja pada membran sel yang hidrofobik memerlukan pula sifat lipofilik; sehingga senyawa memerlukan keseimbangan hidrofilik-hidrofobik untuk mencapai aktifitas yang optimal. Sifat-sifat lain yang perlu diketahui misalnya titik didih senyawa, kemampuan terionisasi dan reaktifitasnya dengan komponen makanan.

Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa efektivitas penggunaan suatu senyawa antimikroba didalam bahan pangan sangat tergantung pada kondisi produk pangan seperti pH (keasaman), polaritas, komposisi nutrisi didalam bahan pangan, juga tergantung pada faktor lainnya seperti kondisi suhu dan proses pengolahan, pengemasan serta penanganan pasca pengolahan.

ANTIMIKROBA ALAMI

Pengawet kimia selama ini umum digunakan sebagai barier tambahan untuk membatasi jumlah mikroorganisme yang hidup didalam pangan. Kekhawatiran konsumen terhadap bahaya keracunan yang mungkin terjadi karena penggunaan pengawet kimia yang berlebihan, memaksa industri pangan untuk menghindari penggunaan pengawet kimia pada produknya, atau mencari alternatif lain yang lebih alami untuk mempertahankan atau memperpanjang umur simpan produk.

Sejak lama telah disadari, bahwa banyak bahan alami memiliki aktivitas menghambat mikroba, yang disebabkan oleh komponen tertentu yang ada didalamnya. Laporan tertua tahun 1550 SM menyebutkan bahwa masyarakat Mesir kuno telah menggunakan rempah sebagai pengawet pangan dan pembalsem mumi.

Penelitian mengenai potensi pengawet alami yang dikembangkan dari tanaman rempah (seperti jahe, kayu manis, andaliman, daun salam dan sebagainya) maupun dari produk hewani (seperti lisozim, laktoperoksidase, kitosan dan sebagainya) sendiri sebenarnya telah banyak dilakukan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pada Tabel 1 dapat dilihat beberapa hasil penelitian in vitro terhadap efek anti bakteri dan anti kapang bahan alam yang dilakukan dibeberapa perguruan tinggi Indonesia.

BAGAIMANA PELUANG APLIKASI ANTIMIKROBA ALAMI KE DALAM PANGAN?

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada umumnya menunjukkan bahwa secara in vitro, beberapa bahan alam berpotensi menjadi antimikroba masa depan. Tetapi, jalan untuk aplikasi bahan tersebut ke dalam pangan masih sangat panjang. Dibutuhkan banyak penelitian lanjutan sebelum menyimpulkan bahwa bahan antimikroba atau pengawet alami ini dapat diproduksi secara komersial dan aman terhadap konsumen jika diaplikasikan kedalam bahan pangan.

Tabel 1. Bahan alami di Indonesia yang mempunyai efek antimikrobaa)

No

Bahan

Bagianb)

Efekc)

1

Andalehat (Chrysophyllum roxburghii G. Don)

Buah

1

2

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium D.C)

Buah

1

3

Antarasa (Litsea cubeba)

Buah

1

4

Atung (Parinarium glaberimum Hask.)

Buah

1, 2

5

Bawang putih (Allium sativum L.)

Umbi


6

Belimbing (Averrhoea carambola L)

Daun

1

7

Cendana wangi (Santalum album L.)

Kayu

2

8

Delima (Punica granatum L.)

Buah

1

Getah

1

9

Jambu biji (Psidium guajaya L.)

Daun

1

10

Jambu mede (Anacardium occidentale L)

Daun

1

Biji

1

11

Kantil (Michelia champaca L.)

-

1

12

Kecombrang

Bunga

1

13

Kedawung (Parkia roxburghii G. Don)

Kulit batang

1

14

Kelor (Horinga oleifera Lamk.)

Akar

1

15

Kemukus (Piper cubeba L.)

Buah

1

16

Kitosan, hasil deasetilasi kitin yang terdapat pada cangkang udang

-

1, 2

17

Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)

Daun

1

18

Kunyit (Curcuma domestica Val.)

Akar

1, 2

19

Lengkuas (Languas galanga Stunz.)

Akar

1, 2

20

Lengkuas malaka (Alpinia galanga L)

Akar

1, 2

21

Mobe (Ficus sp.)

Buah

1

22

Salam (Syzigiym polyanthum(Wight) Walp)

Daun

1

23

Sirih (Piper betle L.)

Daun

1, 2

24

Suji (Pleomale angustifolia M.E Brown)

Daun

1

25

Temu giring (Dysoxylum ammoroides Mig)

Akar

2

Daun

1

26

Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza)

Akar

1, 2

a) Dari berbagai sumber
b) Bisa dalam bentuk hancuran, atau ekstrak atau keduanya
c)
1 = anti bakteri ; 2 = anti kapang

Pada bahan yang menunjukkan aktivitas antimikroba dibutuhkan identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui komponen aktif antimikrobanya. Harus dianalisis pula spektrum antimikroba bahan tersebut, apakah luas (untuk banyak mikroba) atau sempit (hanya untuk mikroba tertentu); lalu bagaimana mekanisme pengawetan-nya, apakah sekedar menghambat atau sampai membunuh mikroba target serta berapa besar konsentrasi komponen ini yang dibutuhkan untuk menghambat atau membunuh mikroba targetnya.

Jika suatu bahan mempunyai aktivitas antimikroba, biasanya komponen yang bertanggung jawab terhadap sifat antimikroba tersebut terdapat didalam bahan dalam jumlah relatif kecil. Hal ini menyebabkan bahan tersebut tidak efektif untuk digunakan sebagai pengawet pangan jika digunakan dalam bentuk hancuran segarnya, karena jumlah yang dibutuhkan akan sangat banyak untuk bisa bekerja efektif sebagai pengawet. Selain sukar mencari bahan tersebut dalam jumlah besar, faktor biaya, kesukaran dalam penggunaan dan penanganannya serta perubahan rasa bahan pangan karena berinteraksi dengan aroma dan flavor bahan tersebut akan menjadi kendala lain dalam pemanfaatannya.

Agar pengawet alami bisa dimanfaatkan secara komersial, maka perlu dicari cara ekstraksi yang bisa mengoptimumkan pengambilan komponen aktif tersebut. Dalam bentuk ekstraksi, akan memudahkan produsen mengaplikasikan pengawet tersebut pada produk mereka. Disini, faktor biaya ekstraksi akan menjadi faktor penentu harga dari ekstrak pengawet tersebut. Jika biaya ekstraksi mahal, tentu akan berimbas ke harga jual pengawet dan selanjutnya akan mempengaruhi pangsa pasar pengawet itu sendiri: apakah akan dijual ke produsen kelas menengah ke bawah atau kelas atas.

Selanjutnya, jika komponen antimikroba ini diaplikasikan ke bahan pangan, apakah dia efektif untuk semua bahan pangan? Bagaimana interaksinya dengan komponen yang ada di dalam bahan pangan? Adakah komponen pangan yang dapat menurunkan atau bahkan menghilangkan aktivitasnya? Bagaimana pengaruh kondisi proses pengolahan, pengemasan dan suhu penyimpanan produk terhadap aktivitas antimikroba? Apakah dia tahan terhadap kondisi-kondisi proses tersebut atau jangan-jangan aktivitasnya malah hilang? Berapa lama dia mampu memperpanjang umur simpan produk yang diawetkannya?

Yang perlu diketahui adalah tidak semua pengawet efektif untuk semua bahan atau produk pangan. Pengawet memiliki persyaratan kondisi tertentu untuk bisa bekerja sebagai pengawet. Sebagai contoh, pengawet asam benzoat yang umum digunakan sebagai pengawet saat ini, sebenarnya hanya efektif sebagai pengawet pada bahan pangan yang asam (pHnya rendah). Sehingga, jika ada produsen mie yang menggunakan asam benzoat sebagai pengawet mie yang diproduksinya, hal ini merupakan pekerjaan yang sia-sia karena asam benzoat tidak bisa bekerja sebagai pengawet didalam mie yang tidak asam (pH mie sekitar 6).

Perlu juga dilihat apakah komponen ini mempengaruhi aspek sensorik produk yang diawetkannya. Pengawet juga tidak bisa diaplikasikan ke bahan atau produk pangan jika dia menyebabkan perubahan citarasa produk. Sebagai contoh, penambahan kitosan yang larut asam sebagai pengawet mie mungkin akan merubah rasa dari mie menjadi asam. Kondisi ini akan menyebabkan konsumen menolak produk tersebut. Kendala terbesar dari aplikasi ekstrak rempah kedalam produk pangan adalah karena flavor dan warnanya yang biasanya menyebabkan perubahan rasa dan warna produk yang diawetkannya.

Aspek penting lain yang juga perlu dipertimbangkan sebelum suatu bahan antimikroba diproduksi secara komersial adalah bagaimana aspek keamanannya terhadap kesehatan konsumen. Untuk membuktikan hal ini, perlu adanya uji toksikologi dari komponen aktif antimikroba tersebut. Banyak senyawa kimia yang menunjukkan potensi sebagai antimikroba, tetapi hanya sedikit yang digunakan di dalam pangan karena alasan keamanan pangan atau karena tidak aktif didalam model makanan walaupun aktif secara in vitro.

Saat ini, perhatian terhadap antimikroba alami semakin meningkat karena dianggap lebih baik, khususnya ditinjau dari keamanan pangan. Meskipun demikian, beberapa komponen yang memberikan efek antimikroba, mungkin menyebabkan efek lain yang tidak menguntungkan terhadap pangan, misalnya toksik atau meningkatkan sifat karsinogen komponen yang lain. Sebagai contoh, senyawa allyl isothiocyanate didalam allyl mustrad oil dalam jumlah besar dapat menyebabkan kerusakan kandung kemih dan juga bersifat karsinogen terhadap tikus.

Setelah semua pertanyaan diatas dapat dijawab dan hasilnya membuktikan bahwa komponen aktif antimikroba dari suatu bahan alami tersebut merupakan sumber antimikroba masa depan, maka diperlukan rekomendasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan sebelum produk pengawet (antimikroba) alami ini dapat dilepas ke pasaran.

Penelitian di tingkat perguruan tinggi selama ini sebagian besar terhenti hanya sampai tingkat uji potensi antimikroba terhadap mikroba secara in vitro dan mencari cara produksi antimikroba pada tingkatan skala laboratorium. Dibutuhkan penelitian berkelanjutan dengan dana yang tidak bisa dibilang kecil sampai peneliti benar-benar bisa menghasilkan antimikroba alami yang secara komersial bisa dilempar ke pasar. Permasalahannya sekarang, siapa yang akan membiayai penelitian lanjutan seperti ini? Adakah industri yang mau bergandeng tangan dengan peneliti untuk mewujudkan hal ini?


Cara Membuat Lubang Biopori



banjirBanjir di Indonesia tahun demi tahun semakin meluas dan bahkan telah menjadi bencana. Apalagi di wilayah Jakarta yang padat pemukimannya, banjir seolah sudah menjadi langganan tetap yang tidak mengherankan.

Pembahasan masalah solusi banjir telah banyak dilakukan oleh tim ahli dari berbagai kalangan dan akademisi. Berbagai solusi pun telah ditawarkan, ada yang High Cost sampai yang Low Cost. Salah satunya yang low cost adalah dengan membuat Lubang Resapan Biopori (LRB).

Saya bukanlah seorang yang ahli menangani masalah banjir dan hanya berspesialisasi masalah Tehnik pengelolaan air minum dan air bersih. Namun penulisan saya dalam Blog ini adalah sebagai usaha untuk mempopulerkan metode Solusi banjir dengan membuat Lubang Resapan Biopori tsb.

Biopori adalah lubang sedalam 80-100cm dengan diameter 10-30 cm yang dimaksudkan sebagai lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke tanah. Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air, yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan demikian, mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat yang lebih rendah, seperti Jakarta yang daya tampung airnya sudah sangat minim karena tanahnya dipenuhi bangunan.

Teknologi biopori dicetuskan oleh Ir. Kamir R. Brata, Msc dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memanfaatkan aktifitas organisme kecil dan sejumlah mikroorganisme untuk menguraikan sampah organik di dalam lubang. Makhluk-makhluk yang hampir tidak pernah hadir dalam ruang sadar kita ini membuat lubang-lubang kecil di dinding lubang selama proses penguraian. Dalam waktu 2-4 minggu, proses penguraian menghasilkan pupuk yang berguna sebagai nutrisi tanaman dan menyehatkan tanah.

Sebagai informasi, Provinsi DKI Jakarta menargetkan membuat 76 juta lubang Biopori (www.indonesia.go.id). Sementara kota kota besar lain di Indonesia juga melakukan hal yang sama, walaupun jumlah lubang Bioporinya tidak sebanyak Provinsi Jakarta.

Cara membuat Lubang Resapan Biopori (LRB) :

1. Buatlah lubang sedalam 80 – 100 cm dengan diameter 10 – 30 cm.

2. Masukkan daun daunan kering ke dalam lubang

3. Tutuplah dengan Loster

lubang_biopori_4

lubang_biopori_5

lubang_biopori_3

biopori

Demikianlah cara membuat Lubang Resapan Biopori (LRB).

Bagaimana Cara: Mendaur Ulang Kertas


Kenapa kita perlu mendaur ulang kertas?

Hutan kita setiap harinya ditebangi untuk membuat kertas. Untuk mengurangi penebangan ini, kita bisa memakai kertas daur ulang…

Gaya hidup ramah lingkungan dikenal pula dengan semboyan 3R : Reduce, Reuse & Recycle. Artinya mengurangi tingkat kebutuhan akan sampah, menggunakan kembali sampah-sampah yang telah ada dan mendaur ulang sampah-sampah yang telah terpakai. Salah satu sampah yang dapat didaur ulang adalah kertas. Kertas daur ulang ini memiliki tekstur yang indah. Dari kertas daur ulang kita dapat membuat beraneka ragam kerajinan tangan.

Bahan yang dibutuhkan:

  1. kertas untuk di daur ulang
  2. kertas koran
  3. ember/baskom
  4. blender
  5. pemutih
  6. saringan

Langkah daur ulang:

  1. kumpulkan kertas bekas
  2. potong-potong kertas menjadi potongan kecil
  3. masukkan potongan kecil ini ke dalam ember/baskom
  4. warna dapat diberikan dengan mencampurkan potongan kertas berwarna
  5. campurkan segalon air dengan satu sendok makan pemutih
  6. tambahkan air hangat ke potongan kertas, tambahkan air sampai kertas terendam sempurna
  7. rendam kurang lebih satu setengah jam
  8. masukkan sebagian kertas yang telah direndam kedalam blender
  9. berikan dua gelas air berpemutih ke dalam blender
  10. blender adunan ini dengan kecepatan tinggi. Bila sulit tercampur, tambahkan air
  11. setelah menjadi adonan, tuangkan adonan ke dalam ember, ulangi proses untuk sisa kertas yang lain
  12. anda perlu saringan untuk menyaring air yang berlebih dari adonan
  13. masukkan saringan anda ke adona dan angkat
  14. tekan kelebihan air keluar dari adonan
  15. letakkan adonandi atas lembaran tebal kertas koran
  16. adonan akan mengering setelah empat hingga tujuh hari

Mudah bukan membantu menyelamatkan bumi kita…

Selamat mencoba




Blogspot Template by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Home Interiors